Melupakan Sejarah=Menutup Gerbang Masa Depan

Minggu, 04 November 2012

SEJARAH RUSIA KUNO

Latar Belakang Sejarah
Sejarah Rusia diawali dengan perpindahan bangsa-bangsa Skandinavia yang dikenal sebagai bangsa Varangia yang dipimpin oleh tokoh semilegendaris Rurik yang menyeberangi Laut Baltik serta pada tahun 862 M memasuki kota Novgrood dan memerintah di sana. Pada tahun 882 ia menguasai Kiev, kota Slavia yang berkembang menjadi pusat perdagangan antara Skandinavia dan Konstantinopel. Pada tahun 989 Vladimir I meluaskan wilayahnya hingga Kaukasus dan Ortodoks” . Kerajaan Kiev Rusia berakhir setelah serangan Mongol pada tahun 1237 oleh Batu Khan cucu Gengghis Khan.
Selanjutnya bangsa Mongol dikalahkan oleh Dimitri Donskoy pada tahun 1380 dengan kemenangan di Kulikovo. Kemudian daerah-daerah yang tercerai berai disatukan kembali oleh Ivan IV; ia menaklukan Kazan (1552), Astrakhan (1516) serta menguasai Siberia. Pemerintahan dilanjutkan oleh penerusnya sampai bangsa Romanov naik tahta yang diawali dengan diangkatnya Michael Romanov sebagai Tsar (1613). Dinasti Romanov berkuasa selama 304 tahun hingga tahun 1917 dengan Tsar Nikolai II sebagai tsar terakhir. Pada bulan Februari 1917 dibentuk Pemerintahan sementara, di bawah pemerintahan Pangeran  Lyvov dan Stalin”  yang mewujudkan Unisoviet dengan bergabungnya negara-negara di sekitar Rusia. Pemerintahan Uni Soviet berakhir setelah pada tanggal 25 Desember 1991. Presiden Kremlin.
Pemerintahan Rusiasetelah keruntuhan Boris Yetslin yang mulai menjabat sejak tahun 1991. Perkembangan selanjutnya, Rusia diperintah oleh Unisoviet.

Periodesasi Sejarah Rusia
Beberapa ahli berpendapat bahwa pembagian sejarah Rusia lebih tepat disesuaikan dengan zaman-zaman pada waktu berbagai kota menjadi ibukota Negara Rusia. Dengan demikian periodesasi pemerintahan rusia terbagi menjadi:
  1. Negara Rusia pertama, Didirikan oleh Rurik pada akhir abad IX di sekitar Kiev. Pada tahun 1237 kerajaan ini dikuasai oleh bangsa mongol.
  2. Negara Rusia kedua, Berpusat di Moskow. Negara ini didirikan setelah dinasti Rurik di Moscow, berhasil mengusir bangsa mongol dan ahli waris di Bizantium.
  3. Negara Rusia ketiga, Berpusat di St. Petersburg yang berlangsung dari tahun 1703-1918, yaitu ketika Lenin menjadikan Moskow menjadi ibukota Rusia kembali. Pemerintah Rusia di St. Petersburg ini didirikan oleh Peter Agung dengan memindahkan ibukota Rusia beserta kremlinnya dari Moskow.
  4. Negara Rusia yang keempat, Berlangsung hingga sekarang, berpusat di Moskow.
Apabila ditinjau dari sudut bentuk pemerintahannya, maka periodisasi sejarah Rusia dapat dibagi menjadi tiga periode yaitu:
Ø Masa Tsar atau Kekaisaran

Masa kerajaan dimulai sejak berdirinya kerajaan oleh Rurik yang berasal dari bangsa-bangsa Skandinavia yang dikenal sebagai bangsa Varangia yang berhasil menyeberangi Laut Baltik. Kemudian pada tahun 862 M memasuki kota Novgorod dan memerintah di sana. Pada tahun 882 ia menguasai Kiev, kota Slavia yang berkembang menjadi pusat perdagangan antara Skandinavia dan Konstantinopel. Kerajaan Kiev Rusia berakhir setelah serangan Mongol pada tahun 1237 oleh Batu Khan cucu Genghis Khan.Selanjutnya bangsa Mongol dikalahkan oleh Dimitri Donskoy pada tahun 1380 dengan kemenangan di Kulikovo. Kemudian daerah-daerah yang tercerai berai disatukan kembali oleh Ivan IV; ia menaklukan Kazan (1552), Astrakhan (1516) serta menguasai Siberia. Pemerintahan dilanjutkan oleh penerusnya sampai dinasti Romanov (1613). Dinasti Romanov berkuasa selama 304 tahun hingga tahun 1917 dengan Tsar Nikolai II sebagai tsar terakhir.

Ø Masa Uni Soviet

Masa Uni Soviet (komunis) dimulai sejak terjadinya Revolusi Oktober 1917 oleh gerakan kaum buruh pimpinan Trotsky dan Lenin yang berhasil menggulingkan kekuasaan Tsar Nicolas II. Sedangkan pendirian Negara Uni Soviet sendiri sebenarnya terwujud pada tahun 1922, yaitu ketika Stalin berkuasa. Pemerintahan ini berakhir tahun 1991, yaitu dengan bubarnya pemerintahan komunis.

Ø Masa Kepresidenan Rusia(republik).


Berakhirnya pemerintahan Uni Soviet ditandai dengan pengunduran diri Presiden Mikhail Gorbachev pada tanggal 25 Desember 1991 dan berkibarnya bendera tiga warna Rusia di Kremlin. Bentuk pemerintahan berikutnya adalah Republik dengan presidennya berturut-turut yaitu Boris Yeltsin (1991-2000), Vladimir Putin (2000-2008), Dmitry Medvedev (2008 ).
MONUMEN SRIKANDI PUTRI LOPIAN DAN PRASASTI PERANG DUNIA II

Ada dua monumen bersejarah di temukan di kota Porsea. Satu mengisahkan pejuangan Sisingamangaraja dan satu lagi peristiwa perang dunia ke II di Porsea.


Kalimat dalam Prasasti Monumen Srikandi Lopian :
Seorang gadis belia yang ikut berjuang dan berkorban melawan penjajah Belanda, gugur dalam pertempuran tanggal 17 Juni 1907 di Aek Sibulbulon Pearaja Dairi, di adalah Putri Lopian.
Ayahandanya Raja Sisingamangaraja XII, saudaranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi gugur bersama pejuang lainnya dalam pertempuran tersebut.
Lopian adalah anak ke-3 yang dilahirkan oleh ibunda Boru Sahala, lahir di Pearaja Dairi desa Sionomhudon yaitu ibukota perjuangan Raja Sisingamangaraja XII setelah Bakkara dan Lintong. Disinilah Lopian tumbuh menjadi dewasa dan tumbuh berjiwa pejuang karena sehari-hari bergaul dengan pejuang termasuk Teuku Nyak Bantal dan Teuku Muhammad Ben, para panglima dari Aceh.
Pada awal tahun 1907 pasukan Belanda mulai mendekati Pearaja Dairi karena Raja Sisingamangaraja XII bertekad mempertahankan Pearaja Dairi maka seluruh keluarga kaum wanita dan anak-anak harus menyingkir dari daerah itu, tetapi Lopian yang pada waktu itu anak gadis berusia 17 tahun tidak mau ikut menyingkir karena ia berkeras hati tetap harus ikut berperang melawan penjajah Belanda.
Dalam pertempuran tanggal 17 Juni 1907 di Aek Sibulbulon Pearaja Dairi seluruh pejuang yang berpantang menyerah itu gugur karena jumlah dan persenjataan yang tidak sebanding dengan pasukan Belanda.
Oleh pasukan Belanda, jenazah Raja Sisingamangaraja XII, jenazah putranya Raja Patuan nagari dan Raja Patuan Anggi dibawa melalui Tele ke Balige dan kemudian dikuburkan di Tarutung. Sedang jenazah Lopian Boru Sinambela ditinggalkan dengan ditimbun dalam jurang bersama panglima dari Aceh.
Dan tinggallah Lopian di hutan Pearaja Dairi.

PRASASTI PERANG DUNIA II
PADA TANGGAL 9 – 10 MARET 1942 SEMASA PERANG DUNIA KEDUA, DITEMPAT INI … TERJADI PERTEMPURAN SENGIT UNTUK PEREBUTAN JEMBATAN ASAHAN.
SEMBILAN SERDADU KETURUNAN BELANDA DAN BEBERAPA ANGGOTA PASUKAN JEPANG TERBUNUH DAN SUNGAI ASAHAN MENJADI TEMPAT KUBURANNYA
MASING-MASING MEMPERTAHANKAN KEMAUANNYA.
PERANG HANYA MEMBAWA KEHANCURAN BAGI MANUSIA
SEMOGA PERANG TIDAK TERULANG LAGI
PERSAUDARAAN ANTAR BANGSA-BANGSA
BERDASARKAN PANCASILA
MENJAMIN PERDAMAIAN ABADI
Prasasti ini dibangun oleh Dinas Pariwisata Propinsi Daerah TK I SU
Diresmikan tanggal 16 November 1997
Peristiwa Perang Porsea
Pada bulan Pebruari 1942, sebanyak satu kompi (± 200 orang) pasukan Belanda telah bermarkas di gedung Sekolah Dasar (Vervolg School) Porsea, yang terletak di desa Parparean sebelah selatan kota Porsea. Pada tiang-tiang jembatan diikatkan dinamit-dinamit berukuran besar dan dihubungkan dengan kawat listrik ke suatu pusat di gedung sekolah dasar tersebut, dengan maksud agar setiap saat, jembatan tersebut dapat diledakkan melalui alat pemicu ledak.
Pada akhir bulan Pebruari 1942, tentara Jepang telah menduduki kota Medan dan pada Minggu pertama bulan maret, mereka telah sampai di Parapat. Pada waktu yang sama, tentara Belanda terus mundur melalui jembatan Porsea kea rah Selatan, pada waktu itu, setiap hari siang dan malam, rakyat Porsea menyaksikan patroli pasukan Belanda dari Porsea kearah Barat yaitu Ulubius, Lumban Manurung hingga Janjimatogu.
Pada tanggal 09 Maret 1942 sore hari antara jam 18.00 dan 19.00, rakyat janjimatogu melihat dua buah kapal yang mirip kapal karet mengapung di danau Toba,bergerak kea rah sungai Asahan. Sekitar jan 20.00, rakyat desa Lumban manurung melihat pasukan Jepang mendarat dan keluar dari kapal karet. Beberapa orang tentara Jepang berenang pada malam itu sampai dibawah jembatan dan memotong seluruh kawat-kawat penghubung dinamit. Semua itu berlangsung sebelum terdengar tembakan.
Sekitar jam 21.00 seorang patroli Belanda bersepeda motor dari arah utara tiba di Porsea dan berhenti di hadapan jembatan. Patroli ini memberi isyarat dengan lampu sepeda motornya kepada tentara Belanda di seberang jembatan dan ketika itu dia tertembak dengan letusan pertama pada malam itu. Letusan itu menjadi isyarat bagi pecahnya perang tembak menembak antara tentara Belanda dan tentara Jepang di sekitar jembatan Porsea.
(Dikutip dari penuturan Prof. Dr Midian Sirait dan Prof. Dr Firman Manurung)


H0rassssssss!!!!

Candi Songgroti di Batu Malang

 Candi Supo atau yang lebih sering disebut Candi Songgoriti terletak berdekatan dengan Taman Rekreasi Tirta Nirwana, Songgoriti. Lebih tepatnya berada di dalam kompleks Pemandian Air Panas Alami (PAPA) dan Hotel Songgoriti. Namun keberadaan candi ini tidak banyak diketahui oleh para wisatawan dari luar Kota Batu sebab daya tarik utama di area ini adalah Taman Rekreasi Songgoriti dan bukan Candi Songgoriti.
Candi ini ditemukan kali pertama oleh seorang arkeolog Belanda bernama Van I Isseldijk tahun 1799 M, kemudian pelaksanaan renovasinya dilakukan oleh arkeolog Belanda lainnya yaitu Rigg tahun 1849 M dan Brumund pada tahun 1863 M. Tahun 1902 M, Knebel melakukan inventarisasi situs Candi Songgoriti dan dilanjutkan dengan renovasi besar-besaran tahun 1921 M. Renovasi terakhir dilaksanakan pada tahun 1938.
Candi Supo adalah satu-satunya peninggalan Mpu Sindok di Kota Batu. Beliau adalah raja pertama kerajaan Medang periode Jawa Timur yang memerintah sekitar tahun 929-947. Menurut sejarahnya; kisah Candi Songgoriti ini berawal dari keinginan Mpu Sindok yang ingin membangun tempat peristirahatan bagi keluarga kerajaan di pegunungan yang didekatnya terdapat mata air. Seorang petinggi kerajaan bernama Mpu Supo diperintah Mpu Sindok untuk membangun tempat tersebut. Dengan upaya yang keras, akhirnya Mpu Supo menemukan suatu kawasan yang sekarang lebih dikenal sebagai kawasan Wisata Songgoriti. Atas persetujuan Raja, Mpu Supo mulai membangun kawasan Songgoriti sebagai tempat peristirahatan keluarga kerajaan berikut sebuah candi yang diberi nama Candi Supo. Di tempat peristirahatan tersebut terdapat sumber mata air yang mengalir dingin dan sejuk seperti semua mata air di wilayah pegunungan. Mata air dingin tersebut sering digunakan mencuci keris-keris bertuah sebagai benda pusaka dari kerajaan Sindok. Oleh karena sumber mata air ini sering digunakan untuk mencuci benda-benda kerajaan yang bertuah dan mempunyai kekuatan supranatural (magic) yang maha dahsyat, akhirnya sumber mata air yang semula terasa dingin dan sejuk berubah menjadi sumber air panas. Sumber air panas itupun sampai saat ini menjadi sumber abadi di kawasan Wisata Songgoriti.
Candi Songgoriti terbuat dari batu andesit dan pondasinya dari batu bata. Ukuran candi ini 14,50 meter x 10 meter dengan tinggi 2,5 meter, dibangun di atas sumber mata air panas. Hampir seluruh wujud asli dari candi ini sudah hancur. Hiasan patung-patung yang menghiasi badan candi pun sudah banyak yang tidak berbentuk sehingga sulit untuk diidentifikasi. Namun meski dalam kondisi seperti itu, bagaimanapun juga keberadaan candi tersebut sangatlah berarti sebagai bukti tuanya usia peradaban di Kota Batu.




 Mitos Air Pasang Giri
 
Candi Songgoriti juga menyimpan sebuah keunikan yang mungkin tidak ditemukan di candi-candi lainnya yakni, sumber mata air dingin yang disebut air Pasang Giri. Sumber mata air dingin ini menyembul di tengah-tengah sumber mata air panas dengan ukuran kolam hanya 75 cm x 75 cm. Sangat sulit untuk dipahami bahwa bangunan candi yang dikelilingi sumber mata air panas, di tengah-tengahnya menyembul sumber mata air dingin. Letak mata air dingin persis di tengah-tengah bangunan candi bagian belakang. Namun tak banyak wisatawan yang mengetahui keunikan tersebut.



Makam Mpu Supo
Tak jauh dari bangunan Candi Songgoriti atau tepatnya sekitar 100 meter seberang jalan kanan Hotel Songgoriti, berdiri bangunan rumah berornamen lawas dengan cat putih kombinasi kuning biru. Tak banyak juga wisatawan tahu, kalau di dalam bangunan rumah yang dibangun tahun 1962 itu, bersemayam ‘arwah’ moksa Mpu Supo atau juga dikenal sebagai Mbah Pathok. Sampai sekarang rumah ini dikenal sebagai Pesarean Mbah Pathok atau Mpu Supo.

Sejarah Berdiri Negara Indonesia 

Republik Indonesia ialah sebuah negara kepulauan yang disebut sebagai Nusantara (Kepulauan Antara) yang terletak di antara tanah besar Asia Tenggara dan Australia dan antara Lautan Hindi dan Lautan Pasifik. Indonesia bersempadankan Malaysia di Kalimantan,Papua New Guinea di pulau Papua, dan Timor Timur/Timor Leste di pulau Timor.

Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman prasejarah oleh “Manusia Jawa” pada masa sekitar 500.000 tahun yang lalu. Periode dalam sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: era pra kolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di Jawa dan Sumatera yang terutama mengandalkan perdagangan; era kolonial, masuknya orang-orang Eropa (terutama Belanda) yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20; era kemerdekaan, pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno (1966); era Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–1998); serta era reformasi yang berlangsung sampai sekarang. 

Prasejarah

Secara geologi, wilayah Indonesia modern muncul kira-kira sekitar masa Pleistocene ketika masih terhubung dengan Asia Daratan. Pemukim pertama wilayah tersebut yang diketahui adalah manusia Jawa pada masa sekitar 500.000 tahun lalu. Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es.

Era pra kolonial


Para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa di pulau Jawa dan Sumatra sekitar 200 SM. Kerajaan Tarumanagara menguasai Jawa Barat sekitar tahun 400. Pada tahun 425 agama Buddha telah mencapai wilayah tersebut. Pada masa Renaisans Eropa, Jawa dan Sumatra telah mempunyai warisan peradaban berusia ribuan tahun dan sepanjang dua kerajaan besar yaitu Majapahit di Jawa dan Sriwijaya di Sumatra sedangkan pulau Jawa bagian barat mewarisi peradaban dari kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda.

Kerajaan Hindu-Buddha


Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu-Budha yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I Ching mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.

Kerajaan Islam

Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun sebenarnya Islam sudah sudah masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani umayyah di Asia Barat sejak abad 7. Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera. Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz dari Khilafah Bani Umayah meminta dikirimkan da`i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya.

 Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan.Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.”

 Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama Sribuza Islam. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganut Budha.
Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1 Muharram 225H atau 12 November tahun 839M. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440. Rajanya seorang Muslim bernama Bayang Ullah.

Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatra. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.

Penyebaran Islam dilakukan/didorong melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan islam yg datang dari luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan/kesultanan lah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kesultanan/Kerajaan penting termasuk Samudra Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram di Yogja / Jawa Tengah, dan Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku di timur.

Kolonisasi Belanda


Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975 ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur. Belanda menguasai Indonesia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah Perang Jawa Britania-Belanda dan masa penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II. Sewaktu menjajah Indonesia, Belanda mengembangkan Hindia-Belanda menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah mitos belaka karena wilayah Aceh baru ditaklukkan kemudian setelah Belanda mendekati kebangkrutannya.

VOC

Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.

Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala. VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.

Setelah VOC jatuh bangkrut pada akhir abad ke-18 dan setelah kekuasaan Britania yang pendek di bawah Thomas Stamford Raffles, pemerintah Belanda mengambil alih kepemilikan VOC pada tahun 1816. Sebuah pemberontakan di Jawa berhasil ditumpas dalam Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830. Setelah tahun 1830 sistem tanam paksa yang dikenal sebagai cultuurstelsel dalam bahasa Belanda mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti teh, kopi dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara. Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para pelaksananya – baik yang Belanda maupun yang Indonesia. Sistem tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah 1870.

Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut Kebijakan Beretika (bahasa Belanda: Ethische Politiek), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang pribumi, dan sedikit perubahan politik. Di bawah gubernur-jendral J.B. van Heutsz pemerintah Hindia-Belanda memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Belanda, dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.

Gerakan nasionalisme
Pada 1905 gerakan nasionalis yang pertama, [Serikat Dagang Islam] dibentuk dan kemudian diikuti pada tahun 1908 oleh gerakan nasionalis berikutnya, [Budi Utomo]. Belanda merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I dengan langkah-langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari kelompok kecil yang terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah dididik di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis, termasuk Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno.

Perang Dunia II

Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke AS dan Britania. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.

Era Jepang

Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.

Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan Mei, Soepomo membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan; sementara itu Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara baru tersebut juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah, Malaya, Portugis Timur, dan seluruh wilayah Hindia-Belanda sebelum perang.
Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Widjodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.

Era kemerdekaan

Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada 16 Agustus, Soekarno membacakan “Proklamasi” pada hari berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer Indonesia pada masa perang, Pasukan Pembela Tanah Air (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat mempertahankan kediaman Soekarno.

Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan Nusa Tenggara.

Perang kemerdekaan

Dari 1945 hingga 1949, persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial.

Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali ibukota kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibukota mereka. Pada 27 Desember 1949 (lihat artikel tentang 27 Desember 1949), setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari Belanda memindahkan kedaulatan kepada pemerintah Federal Indonesia. Pada 1950, Indonesia menjadi anggota ke-60 PBB.

Demokrasi parlementer

Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang terdiri dari sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada parlemen atau MPR. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun 1955, sehingga koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai.
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih negara sekuler yang berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok Muslim lebih menginginkan negara Islam atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk kepada hukum Islam.

Demokrasi Terpimpin

Pemberontakan yang gagal di Sumatera, Sulawesi, Jawa Barat dan pulau-pulau lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno secara unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.

Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah label “Demokrasi Terpimpin”. Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju non-blok, kebijakan yang didukung para pemimpin penting negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok Barat maupun Blok Uni Soviet. Para pemimpin tersebut berkumpul di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk mendirikan fondasi yang kelak menjadi Gerakan Non-Blok.
Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Soekarno bergerak lebih dekat kepada negara-negara komunis Asia dan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) di dalam negeri. Meski PKI merupakan partai komunis terbesar di dunia di luar Uni Soviet dan China, dukungan massanya tak pernah menunjukkan penurutan ideologis kepada partai komunis seperti di negara-negara lainnya.

Konfrontasi Indonesia-Malaysia

Soekarno menentang pembentukan Federasi Malaysia dan menyebut bahwa hal tersebut adalah sebuah “rencana neo-kolonial” untuk mempermudah rencana komersial Inggris di wilayah tersebut. Selain itu dengan pembentukan Federasi Malaysia, hal ini dianggap akan memperluas pengaruh imperialisme negara-negara Barat di kawasan Asia dan memberikan celah kepada negara Inggris dan Australia untuk mempengaruhi perpolitikan regional Asia. Menanggapi keputusan PBB untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan menjadikan Malaysia anggota tidak tetab Dewan Keamanan PBB, presiden Soekarno mengumumkan pengunduran diri negara Indonesia dari keanggotaan PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mendirikan Konferensi Kekuatan Baru (CONEFO) sebagai tandingan PBB dan GANEFO sebagai tandingan Olimpiade. Pada tahun itu juga konfrontasi ini kemudian mengakibatkan pertempuran antara pasukan Indonesia dan Malaysia (yang dibantu oleh Inggris).

Nasib Irian Barat Konflik Papua Barat

Pada saat kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan kekuasaan terhadap belahan barat pulau Nugini (Irian), dan mengizinkan langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian kemerdekaan pada 1 Desember 1961.

Negosiasi dengan Belanda mengenai penggabungan wilayah tersebut dengan Indonesia gagal, dan pasukan penerjun payung Indonesia mendarat di Irian pada 18 Desember sebelum kemudian terjadi pertempuran antara pasukan Indonesia dan Belanda pada 1961 dan 1962. Pada 1962 Amerika Serikat menekan Belanda agar setuju melakukan perbincangan rahasia dengan Indonesia yang menghasilkan Perjanjian New York pada Agustus 1962, dan Indonesia mengambil alih kekuasaan terhadapa Irian Jaya pada 1 Mei 1963.

Gerakan 30 September / G30 S PKI

Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk memperkuat dukungan untuk rezimnya dan, dengan persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk “Angkatan Kelima” dengan mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi militer menentang hal ini.

Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto, menumpas kudeta tersebut dan berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan. Lebih dari puluhan ribu orang-orang yang dituduh komunis kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa pada 1966 mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi di Jawa dan Bali.

Era Orde Baru

Setelah Soeharto menjadi Presiden, salah satu pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia “bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB”, dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.

Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Presiden Soeharto memulai “Orde Baru” dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an. Dia juga memperkaya dirinya, keluarganya, dan rekan-rekat dekat melalui korupsi yang merajalela.

Irian Jaya

Setelah menolak supervisi dari PBB, pemerintah Indonesia melaksanakan “Act of Free Choice” (Aksi Pilihan Bebas) di Irian Jaya pada 1969 di mana 1.025 wakil kepala-kepala daerah Irian dipilih dan kemudian diberikan latihan dalam bahasa Indonesia. Mereka secara konsensus akhirnya memilih bergabung dengan Indonesia. Sebuah resolusi Sidang Umum PBB kemudian memastikan perpindahan kekuasaan kepada Indonesia. Penolakan terhadap pemerintahan Indonesia menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya berskala kecil pada tahun-tahun berikutnya setelah perpindahan kekuasaan tersebut. Dalam atmosfer yang lebih terbuka setelah 1998, pernyataan-pernyataan yang lebih eksplisit yang menginginkan kemerdekaan dari Indonesia telah muncul.

Timor Timur

Dari 1596 hingga 1975, Timor Timur adalah sebuah jajahan Portugis di pulau Timor yang dikenal sebagai Timor Portugis dan dipisahkan dari pesisir utara Australia oleh Laut Timor. Akibat kejadian politis di Portugal, pejabat Portugal secara mendadak mundur dari Timor Timur pada 1975. Dalam pemilu lokal pada tahun 1975, Fretilin, sebuah partai yang dipimpin sebagian oleh orang-orang yang membawa paham Marxisme, dan UDT, menjadi partai-partai terbesar, setelah sebelumnya membentuk aliansi untuk mengkampanyekan kemerdekaan dari Portugal.

Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia masuk ke Timor Timur. Indonesia, yang mempunyai dukungan material dan diplomatik, dibantu peralatan persenjataan yang disediakan Amerika Serikat dan Australia, berharap dengan memiliki Timor Timur mereka akan memperoleh tambahan cadangan minyak dan gas alam, serta lokasi yang strategis.
Pada masa-masa awal, pihak militer Indonesia (ABRI) membunuh hampir 200.000 warga Timor Timur — melalui pembunuhan, pemaksaan kelaparan dan lain-lain. Banyak pelanggaran HAM yang terjadi saat Timor Timur berada dalam wilayah Indonesia.

Pada 30 Agustus 1999, rakyat Timor Timur memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia dalam sebuah pemungutan suara yang diadakan PBB. Sekitar 99% penduduk yang berhak memilih turut serta; 3/4-nya memilih untuk merdeka. Segera setelah hasilnya diumumkan, dikabarkan bahwa pihak militer Indonesia melanjutkan pengrusakan di Timor Timur, seperti merusak infrastruktur di daerah tersebut.
Pada Oktober 1999, MPR membatalkan dekrit 1976 yang menintegrasikan Timor Timur ke wilayah Indonesia, dan Otorita Transisi PBB (UNTAET) mengambil alih tanggung jawab untuk memerintah Timor Timur sehingga kemerdekaan penuh dicapai pada Mei 2002.

Krisis ekonomi

Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya didampingi B.J. Habibie.
Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia (untuk lebih jelas lihat: Krisis finansial Asia), disertai kemarau terburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh. Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, serta ribuan mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden, B. J. Habibie, untuk menjadi presiden ketiga Indonesia.

Era reformasi Pemerintahan Habibie


Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.

Pemerintahan Wahid

Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI Perjuangan pimpinan putri Soekarno, Megawati Sukarnoputri keluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara; Golkar (partai Soeharto – sebelumnya selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan Pembangunan pimpinan Hamzah Haz 12%; Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 10%. Pada Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.

Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid, menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.

Pemerintahan Megawati

Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian.

Pemerintahan Yudhoyono

Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan dan Susilo Bambang Yudhoyono tampil sebagai presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang Sumatra.

Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh.


Sejarah Kerajaan Bali


Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang ku­rang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana. keadaan yang demikian ini disebabkan antara lain, karena banyak lontar-lontar dan prasasti yang sampai sekarang masih disimpan dan dihormati. Penyelidikan lontar-lontar dan prasasti di bali sering kali mengalami kesulitan karena adat. krtinya’penduduk atau de­sa yang menyimpan tidak mengijinkan prasasti untuk dibaca, orang lain, karena mereka percaya bahwa pembacaan itu akan mengakibatkan malapetaka atau kematian. Sering kali terja­di, prasasti boleh atau dapat dibaca setelah diadakan ban­ten atau saji-sajian. Namun, hal ini bukan suatu garansi bahwa sajiesajian tadi membebaskan segala hambatan.
Beberapa di antara lontar-lontar itu ada yang berupa kidung-kidung, bab, dan lain-lain. Kidung-kidung ini di­karang karang oleh orang Bali pada masa sesudah jaman Majapahit atau pada waktu berkembangnya kerajaan Gelgel dan Klungkung. Di samping itu ada beberapa lontar seperti Kidung Harsawijoyo, Kidung Ranggalawe, kidung Sunda Usana Jawa dan Bali. Kebanyakan dari kitab-kitab tersebut isinya ten­tang keadaan raga-raja Majapahit mulai tahun 1293. Pulau Bali sendiri tahun 1343M telah ditaklukkan oleh N ajapa­hit.
Sejarah Bali kuno, antara a bad IX samapi abad. XIV, di dalam kidung -kidung dan. usana-usana tersebut di atas tak pernah disinggung, kecuali beberapa raja seperti UGRA­SENA dan JAYAPENGUS.
Penelithan sejarah Bali oleh para ahli guru mi”)aru dimulai tahun 1885 yang di pelopori oleh DR. hh. Vkh DER TUUK dan DR. JL,BRANDES mereka umumnya sarjana berke bangsaan Belanda..Usaha mereka ini kemudian dilanjutkan oleh para ah­li seperti : DR. PV. VAN STEIN CALLLiiFBLS, DR. WF STUTTER­HEIN’, DR.R. GURIS. Kemudian setelah Indonesia merdeka pe­nelitian sejarah Bali dilakukan oleh para ahli bangsa Indo nesia seperti: Rtut Ginarsa,’,irs. MAI Sukarta K, Atmadjo. Meskipun penelitian telah dimulai tahun 1885, tidak ber­arti penelitian cuaah sempu.rna atau selesai bahkan seba­liknya.
Berita yang tertua dari bangsa asing yang menyambut pulau Bali berasal dari berita Cina. Yakni dari dinasti Tang (618-908 M) antara lain menyebutkan bahwa Holing ter ‘letak di kepulauan di lautan sebelaah selatan. Di timurnya terletak PO-LI dan disebelah baratnya T0-PO-TEN G, di se­belah utara Chen-la (Kamboja) . P. PELLLIOT mengidentifikasikan P0-li dengan Bali.
Selanjutnya menyebutkan.pula tentang negeri Dwa-pa tan letaknya di selatan hamboja, jauhnya dua bulan berlayar. Negeri itu letaknya di sebelah timur ho-ling dan se belah utaranya laut Dwa-pa-tan sama dengan Bali.
Sesudah itu tidak diperoleh lagi berita apapun mengenai Bali, dari minaDemikian pula berita asing lainny, boleh dikatakan tidak ada sama sekali mungkin karena letak geografis Bali yang jauh dari jalan perdagangan pada masa, itu.
Berita tertua dari Bali sendiri, berupa prasasti yang tidak berangka tahun. Bahasanya Sangskerta, jumlahnya beberapa buah, keadaannya banyak yang rusak. Akibatnya tulisannya tak dapat dibaca. Di samping itu, ditemukan juga beberapa buah cap kecil dari tanah lihat, besarnya kira­-kira 2,5 cm, yang disimpan dalam stupa kecil. Cap ini ditulisi dengan mantra-mantra agama Budha, dalam bahasa Sangskerta.
Selanjutuya pembicaraan akan difokuskan pada per­kembangan sejarah politik Bali kuno, dengan menggunakan bahan utama prasasti. Untuk memudahkan akan diketengahkan beberapa prasasti yang terpenting yang disusun secara kronologis.
882 M. Prasasti ini mlerupakan prasasti yang tertua yang menggunakan bahasa Bali kuno. Selain itu juga masih ada prasasti lain yang ditulis dalam bahasa Sangskerta. Prasasti tahun 882 11 itu ti­d ak memuat nama raja, sehingga tak dapat diten­tukan aslinya.
882-914 M. Dalam periode ini terdapat prasasti yang ditu­lis dalam bahasa Bali Kuno. Dari pa6anya dapat diketahui adanya pusat pemerintahan (istana ra­ja) yang bernama SINGArvANDAwA. Sayang dalam prasasti tersebut tidak disebut namaa rajanya.
917 M. Di desa Sanur dekat Denpasar pernah ditemukan sebuah prasasti yang berbentuk sebuah tugu. Prasasti ini tidak berangka tahun, tetapi menggunakan angka tahun dalam bentuk Candrasang kala. Bunyinya: khecara-Wahni-Murti yang mem­punyai nilai angka 339 saka atau 917 M. Isinya antara lain tenting adanya suatu expedisi dari raja KESARIWARNA DEWA mempunyai istana di Singhadwala, Prasasti Sanurr ini juga menunjuk­kan bukti tenting suatu dinasti di pulau Bali yakni, bernama: WARNA DEWA. Suatu keanehan dari prasasti ini ialah sifatnya bilingual atau me­nggunakan dun bahasa.
Bagian pertama : buhasa Bali kuno, dengan hurup Nagari
Bagian ke dua : bahasa sangskerta dengan hurup Bali kuno
Apa tujuan menggunakan kombinasi yang aneh ini ? belum dapat diketahui dengan pasti.
915-942 M. Dalam periode ini ditemukan 9 buah prasasti da­ri raja yang disebut dengan gelarnya : Sri Ugra­sena. Melihat dari namanya nampaknya raja Ugra­sena tidak termasuk anggota dinasti Warnadewa. Nungkin merupakan salah seorang raja yang ber­diri sendiri.
955 M. Didapatkan nama seorang raja TABANENDRAWARNA
962 M. Di Bali memerintah raja Sri Candrabhayasimhar­madewa. Prasasti yang berangka tahun 962 M itu meriwayatkan tentang pembangunan sebuah. Tempat pemandian di desa hanukaya (Nanukaraya). Sekarang pemandian ini disebut TIRTHA EMPUL.
975 M. Yang memerintah waktu itu ialah raja Sri Jana­sadhuwarmmadewa.
984 M. Bertahta seorang ratu dengan gelar Sri Maharaja Sri Wijayamahadewi. Dinasti Warmadowa terkenal di Bali, karena merupakan dinasti yang pertama dikenal. Sesungguhnya raja-raja yang disebut di atas hanya dikenal karena namanya saja. Se­gi-segi lain dari I-ehidupan mereka tidak dapat diketahui. Sampai pada tahun 984 r., prasasti­prasasti di .ali umumnya ditulis dalam bahasa Bali kuno, Keadaan ini kemudian berubah pada tahun-tahun berikutnya.
989-1010 M. Di Bali memerintah Sri Dharrnodayanawarmodewa (Udayana) beserta permaisurinya SriGunapriya­dharrnapatni. rerrnaisuri ini berasal dari Jawa puteri dari Makutawangsawardhana, keturunan ra­ja Sindok dari Jawa Timur. Pemerintahan kedua suami istri ini termasuk yang paling terkenal di Bali, karena merupakan suatu periode’yang penting baik secara politis maupun kebudayaan. Balam prasasti yang dikeluarkan selama 989-1010 Pi. nama permaisuri Sri Gunapriyadharmmapatni selalu disebut lebih dahulu. begitu pules sejak tahun 989 Pi. bahasa Jawa Kuno sudah dipakai da­lam prasasti-prasasti di Bali. Kedua hal tadi memberi petunjuk bahwa pulau Bali waktu itu te­lah berada mendapat pengaruh) di bawwh kekuasa­an politik Jawa. Mungkin akibat pengaruh politik raja Dharmawangsa. Kedua suami is tri.itu ter­kenal pula karena kemudian mempunyai’;putera Airlangga yang kelak akan menjadi salah seorang bestir di pulau Jawa. rermaisuri Gunapriyadhar­.mapatni mungkin sekali meninggal pada tahun 1010 M Di makamkan dalam arca perwujudan sebagai Durgamahis-asuramardini. hrtinya Durga yang se­dang membunuh m usuhnya dalam bentuk seekor ker­bau. Viengapa justru digambarkan sebagai dewi Durga yang menakutkan itu?. Hal ini tidak jelas, tetapi barangkali ada hubungannya.-dengan ang­gapan di Bali bahwa puteri Gunapriyadharmapatni itu lama dengan Calon A.rang. Yaitu seorang janda yang terkenal menakutkan dalam dongeng rakyat : Bali. Sejak,tahun 1011 Udayana memerintah sen­diri sedang wafatnya tidak diketahui dengan je­las kepan. Makamnya disebutkan di Banu Wka, yang sampai sekarang belum dapat diketahui dimana letaknya.