Melupakan Sejarah=Menutup Gerbang Masa Depan

Sabtu, 01 Desember 2012

Kerajaan Majapahit


Turun naiknya Negara Majapahit sejak dari lahir sampai runtuhnya dengan Gajah Mada di puncak kebesaran
(1292-1365)

Kebesaran Gajah Mada dapat dilihat dari perbuatan yang dilakukan dengan segala kebijaksanaan dan dengan melihat hasil usahanya. Sejarah Gajah Mada adalah sejarah seluruh riwayat negara Majapahit. Jikalau hendak meninjau kebesarannya,dimulai dengan mempelajari bagaimana negara itu terbentuk pada mulanya, dan bagaimana negara itu sesudah menjadi besar dalam tangannya lalu  turun menghadapi keruntuhan.
Sejarah Majapahit dimulai pada tahun 1293, yaitu hampir dua tahun sesudah runtuhnya Kerajaan Singasari. Kerajaan ini adalah ibu negara Indonesia. Setelah 70 tahun lamanya berdiri (1222-1292), maka kerajaan Singasari yang pusatnya terletak disekeliling kota Malang sekarang ini lalu runtuh oleh serangan hebat dari pihak Kediri. Maka turunan raja pertama Rajasa (Ken-Arok , 1222-1227) sampai pada raja yang paling akhir (Kertanegara,1268-1292) habislah. Setelah dua tahun tanah Indonesia mengalami jaman Pancaroba (1292-1293) maka berhasillah seorang turunan raja membentuk negara baru, berkat bantuan beberapa pemimpin yang menumpukkan segala tenaga rakyat untuk menghilangkan malapetaka yang membahayai susunan tanah Indonesia.
Kerajaan Majapahit besar artinya dan pengaruhnya di tanah Indonesia. Pada suatu batu bersurat di desa Butak, “bahwa pada suatu hari raja Kertanegara diserang paduka Jayakatuang dari negari Gelang-gelang (Daha), maksudnya hendak merebahkan Kertanegara hingga singgasananya di negeri Tumapel. Setelah diketahui musuh datang, lalu dikirimlah Wijaya dan Ardaraja yang akan menggantikan Kertanegara pergi melawan, keduanya adalah menantu Kertanegara, tetapi Ardaraja adalah putra Jayakatuang.  Di kampung Kedung-Peluk kedua belah phak bertemu dan lalu berperang. Karena lawan kalah dan lari, lalu turut ke kampung Lembah Batang dan Kepulungan. Dimana-mana lawan tewas, tetapi di kampung Rabut Carat tiba-tiba datang lawan dari sebelah barat. Rupa-rupanya waktu itu seperti tiada lagi musuh, tetapi sekonyong-konyong kelihatan disebelah timur Hanyiru beberapa panji-panji musuh berwarna merah putih berkibar dan waktu itu Ardaraja cedera dan lari Kepulungan. Bala tentara menantu Kertanegara lalu kalah walaupun demikian dia tinggal setia. Setelah berapa lamanya bala  tentaranya makin berkurang-kurang, karena banyak yang lari dan dibunuh. Dimana-mana datang lawan, baik di Kulawan ataupun di Kembang sari,  sehingga akhirnya hanya 12 orang yang tinggal lagi. Letih payah sampailah wijaya ke negeri Kudadu, tempat ia ditolong oleh kepala kampung yan memerintah disana.Oleh sebab itu, kepala kampung Kudadu ini  di beri hadiah oleh raja. Adapun negeri-negeri yang tersebut di atas ini sudah banyak yang diketahui orang , semua letaknya di Pulau Jawa sebelah timur.
Lagi pula waktu itu diketahui orang, bahwa Wijaya dikejar musuh dari Kediri dan ditolong oleh kepala kampung Kudadu; sekarang lalu ia berlayar di pulau Madura. Disini waktu itu memerintah Wirajaya angkatan Kertanegara, dan anaknya menjadi pegawai bekerja pada Wijaya sebab itu tentu Wijaya diterima dengan sepatutnya dan dengan Wirajaya dibuat perjanjian akan membagi pulau Jawa menjadi dua bagian, masing-masing dapat sebagian. Wijaya mesti pergi ke Kediri tempat Jayakatuang bersemayam. Disana patutlah menundukkan diri dan kalau sudah menjadi kesayangan di dalam istana, patutlah ia meminta tanah terik, tempat orang Madura berumah tangga. Kesanalah Wijaya nanti akan pergi dengan izin raja Kediri, tetapi duduk disana itu semata-mata hendak mengumpulkan segala rakyat  dari Tumapel dan dari Kediri yang suka memberontak.  
Segala yang direka-reka itu berlaku atas kecerdikan Wijaya. Wijaya lalu pergi ke desa terik bercampur gaul dengan orang Madura. Tanahnya di sana tiada subur, sehingga sukar benar mencari mata penghidupan.Pada suatu ketika karena makan yang tidak cukup adalah seorang hendak memakan buah pohon Maja, yang daunnya berduri tetapi dibuangnya karena rasanya yang pahit dan sejak itu dinamainya Majapahit, demikianlah dalam kitab Pararathon.
            Pada suatu hari utusan tanah Cina mendapat penghinaan yang bessar sekali  karena mukanya dilukai oleh Raja Kertanegara. Oleh sebab itu datanglah bala tentara raja Cina yang bernama Kubilai Kan hendak membalaskannya. Pada tahun 1293 tibalah orang Cina di pulau Jawa, dan pada waktu itu negeri Majapahit sudah didirikan oleh Wijaya, namun raja Kertanegara sebagai target pembalasan sudah meninggal pada 1292.
            Adapun penyerangan tentara Kubilai Kan dikepalai oleh tiga jenderal yaitu, Che-pi, Ji-ko-mi-su dan Kau Sing (1292) masing-masing memikul pekerjaan, maksudnya ingin membalaskan penghinaan utusan Meng-ki dan hendak mengaahkan raja Kertanegara. Tiga orang hulu balang besar dikirimkan dari Tuban ke Sinngasari supaya berbicara dengan raja Kertanegara seberapa perlunya, tetapi di Majapahit bertemu dengan Wijaya. Orang Tiongkok kena muslihat, sehingga mereka tiada jadi menyerang mertua Wijaya di Singgasari, melainkan dihadapkan kepada raja Kediri, karena Jayakatuang datang menyerang negeri Majapahit. Atas pertolongan orang Cina lalu negeri yang didirikan Wijaya tidak menjadi rusak; setelah itu bala tentara Tiongkok terus ke darat kerajaan Daha-Kediri. Sungguhpun Jayakatuang menyediakan berpuluh ribu serdadu, tetapi ia kalah juga; ia boleh tinggal dalam keratin. Ananda bernama Si-la-pa-ti-si-la-tan-pu-ha lari ke gunung tetapi Kau Hsing datang mengejarnya, sehingga dapat ditangkap dan dibawa kembali ke Daha.
            Waktu itu Wijaya sudah pulang ke Majapahit. Benar Kediri-Daha sudahlah jatuh. Di kita Pararathon dikatakan bahwa orang Cina waktu itu banyak yang dibunuh oleh Wijaya dengan pertolongan orang Daha dan Majapahit sendiri, sehingga sesudah perkelahian yang banyak seluk beluknya ini, dialah yang mendapat kemenangan. Jayakatuang kemudian jatuh ke tangan Wijaya di negeri Junggaluh(Ujung Galuh), dan setelah mengarang suatu kitab bernama Kidung Wukir Polaman lalu meninggal dunia, barangkali terbunuh. Semenjak itu, hilanglah kerajaan Daha- Kediri  dan sejarah kerajaan Majapahit mulailah: Wijaya jadi rajanya dan bergelar Kertarajasa Jayawardana. Sepuluh hari sesudah orang Cina bertolak dari pulau Sumatera membawa dua orang puteri. Seorang dari padanya Dara Petak , dan digelari Indera Isywari sebagai permaisuri sang Perabu.
            Sebelum itu Kertarajasa telah kawin pula dengan dua orang ananda Kertanegara  yaitu yang sulung bernama Teribuana menjadi permaisuri, yang bungsu bernama Gayateri dan menjadi Rajapatni. Teribuana tidak memiliki putra dan karena anak Gayateri kedua-duanya perempuan, jadi putra Dara Petaklah yang akan menggantikan ayahandanya. Putera itu mula-mulanya bernama demikian. Dalam tahun 1309 raja Kertarajasa mangkat dan baginya dibuat dua makam, yang pertama secara agama Budha bertempat di Antapura dan kedua cara agama Syiwa bertempat di Simping yaitu candi Sumberjati  letaknya di sebelah selatan negeri Belitar, dan disanalah tepat patung Kertarajasa dalam tahun 1363 ditakbirkan. Patung tersebut berbentuk seperti Harihara dan memakai rautan muka raja Jawa.
            Raja Kertarajasa itu memiliki tiga orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki. Yang paling sulung diangkat menjadi Raja Puteri kahuripan (Jiwana), dan yang bungsu menjadi Raja Daha (Kediri). Dan annda Dara Petak, putra putrid dari tanah Melayu menjadi raja di Majapahit dengan nama Jayanegara. Walaupun kedua putrid tadi mendapat gelar raja, tetapi raja yang di Majapahit  jualah yang tertinggi dan yang menyatukan kedua belah kerajaan tadi.
            Selama Jayanegara memerintah keadaan negeri tidak damai, karena semasa ayahnya masih hidup banyak orang yang suka memberontak, tetapi acap kali tiada selesai karena ayahnya kuat. Lagi pula banyak janji yang tidak dapat dipenuhi karena ayahnya meninggal. Sebab itulah ketika Jayanegara baru saja menjadi raja banyak terjadi pemberontakan.
            Di istana raja waktu itu bekerja seorang pegawai bernama Nambi, dia anak Wirajaya kawan Kertarajasa dan pangkatnya menjadi Mangkubumi. Sora seorang keluarga bapanda Jayanegara memangku pangkat demung dan Tipar menjadi temenggung. Kemudian harinya Nambi pulang mendapatkan bapanya Wiraraja tetapi dia tidak kembali lagi. Sebelum ia memberontak kepada raja Majapahit, bapanya Wiraraja meninggal. Kemudian dia ditundukkan dalam tahun 1316. Waktu itu tanah Lumajang dikalahkan dan benteng di Pajarakan dirubuhkan.
            Banyak lagi pemberontakan kecil yang tidak disebutkan. Hanyalah pada suatu hari seseorang bernama Kuti berani mengusir Jayanegara dari Majapahit sehingga raja terpaksa lari ke Badander diiringkan oleh Gajah Mada (1319). Atas kecerdikannya, Jayanegara dapat jadi raja kembali dan Gajah Mada lalu diangkat jadi patih tanah kahuripan (1321), sesudah itu berkuasa di Daha dan dalam tahun 1331 dia dijadikan Mangkubumi di Majapahit.
            Tetapi sebelum tahun itu Jayanegara telah dibunuh oleh seorang pegawai (1328), Tanca namanya , karena tertuduh perkara percintaan. Menurut kitab Pararathon ia dikuburkan di negeri Kapopongan (Serenggapura) di daerah Antawulan , tetapi letaknya sekarang belum diketahui orang. Walaupun selama Jayanegara memerintah di dalam Kerajaan selalu hiru-hara, atas tenaganya kerajaan Majapahit selalu tinggal bersatu, serta kuasanya menjadi kuat dan perantaraannya ke tanah luaran teratur sekali.
            Yang menggantikan Jayanegara ialah saudara tirinya yang memerintah di negeri Kahuripan, Jayawisnuwardani (1328-1334), yaitu atas perintah dan bantuan bunda Rajapatni. Walaupun dia pada hakekatnya  hanya ibu tiri, tetapi banyaklah jasanya sebagai orang yang member nasihat. Adiknya yang memerintah di negeri Daha dipanggil ke istana Majapahit, memangku pangkat yang tinggi dengan nama Wijayadewi (RajaDewi Maharaja).
            Adapun putri Jayawisnuwardani itu kawin dengan Kertawardana dan beranak dua orang, yang seorang bernama Ayam Wuruk beristerikan putri Isywari yang memerintah di Pajang. Dan seorang putri Daha lagi kawin dengan Wijayarajasa dan beranak seorang putra Indudewi, memerintah di Lasem.
            Pada ketika itu dalam istana, Gajah Mada yang besar kuasanya, tak heran jikalau ada yang tidak setuju kepadanya. Tetapi dia masuk orang yang berani dan bijaksana, selalu berusaha, supaya kuasa kerajaan Majapahit menyebar ke mana-mana. Bagaimana keadaan tanah Indonesia waktu itu dapat dibaca dalam kitab Tao-i-che-lio karangan Wang Ta-Yuan (1349). Tanah Jawa dikatakannya sangat banyak menghasilkan beras, lada, garam, burung kakaktua lagi masyur perkara barang emas perak dan banyak berumah yang bagus-bagus. Di semenanjung negeri yang termasyur ialah Terengganau, Pahang, Kelantan, dan Tamralingga. Kerajaan Sriwijaya di pulau Sumatera terbagi dua. Pertama Kieukiang(Pelembang) tempat orang diam di atas rakit dan di sana banyak candi terbuat dari tanah bata. Tanahnya subur, hawanya panas.Melayu-Minangkabau menghasilkan bunga ijas, kapur  barus, kayu lak, pinang, barang kapuk, emas,perak dan ukir-ukiran.
            Tahun 1334 Ayam Wuruk terlahir ke dunia, sehingga ada seorang putra yang laki-laki yang akan memerintah Majapahit. Ia mendapat gelar raja Jiwana(Kahuripan )  dan ditahbiskan sebagai Sri Rajasanagara. Dalam tahun 1350 Rajapatni meninggal dunia dan Ayam Wuruk di angkat menjadi raja. Sang perabu Ayam Wuruk meninggal pada 1389, yaitu seperempat abad sesudah Gajah Mada meninggalkan kerajaan.  Jadi selama menjadi Majapahit selalu  mengalami keadaan yang naik-turun. Sesudah meniggalnya Gajah Mada dan Ayam Wuruk, bunga persatuan negara lalu layu, sehingga pada ketika hancur gugur jatuh ke tanah dengan meninggalkan ingatan aneka warna dan harum suganda yang semerbak rasanya.
           
Yamin, Muhammad.1997. Gajah Mada. Jakarta: Balai Pustaka

Gajah Mada


Kedudukan Gajah Mada  Dalam Pusat Pemerintahan Negara
           
            Adapun kedudukan Gajah Mada dalam pusat pemerintahan adalah sangat istimewa. Tidak saja karena dia duduk dalam badan pemerintahan yang tersusun rapi, melainkan pula karena ia dapat menggerakkan bagian-bagian badan itu untuk kemajuan negara dan bagi kepentingan rakyat.
            Pemerintahan negara Majapahit terbagi atas bagian bawahan, bagian tengahan, bagian atasan. Bagian bawahan dijalankan oleh susunan persekutuan adat di seluruh Nusantara seperti desa di pulau Jawa. Desa yang beribu-ribu banyaknya itu menyusun diri sendiri secara adat dan mementingkan kepentingan negara, sebgai kaki tangan pemerintahan daerah, bagian tengahan. Bagian tengahan ini dilaksanakan oleh bupati dan patih, baik di darat maupun di pesisir. Ada juga raja atau ratu daerah yang memegang kekuasaan atas berates-ratus desa atau persekutuan lain. Bagian tengahan ini ialah pusat daerah dan menghubungkan pemerintahan desa dengan pemerintahan pusat. Pemerintahan pusat adalah bagian atasan dan berkedudukan di kota Majapahit. Susunannya sangat teratur dan memakai nama yang jelas.
            Di puncak pemerintahan duduk diatas singgasana seorang Perabu, yang menjunjung kedaulatan negara dan rakyat dan beristana dalam keraton di Majapahit. Zaman Gajah Mada mengenai kepala Negara :
1.      Kertarajasa (1294-1309)
2.      Jayanegara (1309-1328)
3.      Seri Teribuana (puteri, wakil kepala negara 1328-1350)
4.      Ayam Wuruk (1350-1387)
Sang Perabu menjadi ketua dalam Sidang Mahkota, yang dinamai Saptaprabu (=ratu yang tujuh), dalam  sidang ini mula-mulanya duduk 7 orang keluarga Sang Perabu dan Permaisuri. Dalam jaman Ayam Wuruk, maka anggota ditambah dua orang, sehingga sidang dihadiri oleh Sembilan orang. Sidang Mahkota mengurus urusan keraton dan keluarga maha raja, juga bersidang dalam hal perkawinan, perpindahan mahkota, dan dalam urusan negara yang mengenai kedudukan mahkota dan ketentraman negara. Di sekeliling Sang Perabu memerintah badan pemerintah yang Empat, yaitu:
1.      Maha menteri yang Tiga (manteri katrini) yaitu manteri Hino, manteri Sirikan dan manteri Halu.
2.      Lima Serangkai Majapahit (panca ring Wilwatikta) yang terdiri atas Rakryan yang Empat dan seorang Mapatih. Lima Serangkai Majapahit ialah Kemanterian Negara di bawah pimpinan Gajah Mada.
3.      Darmajaksa yang Dua, yaitu kepala agama Budha dan Syiwa, Rakawi Prapanca, pengarang yang mashur, adalah darmajasa bagian Budha (Kasogatan).
4.      Upapatti yang Tujuh (Saptapapattri) yaitu lima orang pemeget agama Syiwa (triwan, kandamuhi, manghuri, jambi, dan pamwatan) dan dua orang pegawai agama Budha. Kandangan atuha dan kandangan rare. Upapatti yang Tujuh bersidang mengurus urusan agama, upacara, candi. Perdikan desa, dan segala hal kerohanian.
Sebagian besar politik negara diurus dan dijalankan oleh Maha manteri yang Tiga dan Lima Serangkai Majapahit. Badan yang pertama tidak ke depan , melainkan menjadi jambatan antara penganjur-penganjur Sidang Kemantrian dengan Seri Mahkota. Kemantrian dikendalikan oleh patih mengkubumi Gajah Mada, 33 tahun lamanya (1331-1364).
Untuk memajukan kesejahteraan negara, maka didirikan beberapa pusat jawatan, yang mengurus urusan: bea,cukai, dan pemeliharaan jalan. Keraton, candid an gedung-gedung pemerintah untuk mementingkan urusan kesehatan, pengairan, lau lintas, pertanian, hasil bumi dan kesejahteraan umum.  Kemanterian urusan perang dan urusan perdagangan sangat dipentingkan. Selainnya Gajah Mada member pemandangan dan tanggungjawab kepada Sidang Saptaprabu dan kepada Badan Pemerintahan yang Empat, maka dia memimpin pemerintahan sebagai Patih mangkubumi. Adapun pangkat patih yang dijabatnya yaitu Patih Majapahit yang dengan sendirinya disatukan dengan jabatan Amangkubumi. Patih Majapahit ialah patih yang paling tinggi di dalam seluruh kerajaan.
Di dalam urusan peperangan Gajah Mada  duduk dalam Markas Besar Angkatan Darat dan Angkatan Laut yang acap kali dikerahkannya untuk memadamkan api pemberontakan di beberapa daerah di kepulauan Nusantara dan untuk menjalankan politik persatuannya Gajah Mada mempunyai pengaruh yang  besar dalam Mahkamah Perang  yang memutuskan sengketa prajurit dan kesalahan menjalankan siasat.
Urusan dalam negeri dicampuri dan diatur oleh Gajah Mada dengan teliti. Sampai sekarang namnya diperhubungkan dengan suatu kitab Undang-undang. Walaupun kitab ini berasal dari jaman yang lebih muda tetapi mungkin isinya disusun patih Gajah Mada sendiri. Dalam jaman Gajah Mada banyak batu ditulis untuk memperingati kejadian-kejadian yang penting atau untuk bukti atau tanda. Gajah Mada meninggalkan jasa karena dialah yang menyuruh dikumpulkan beberapa surat piagam dan menyuruh membarui yang  sudah tua, sehingga aturan undang-undang tidak hilang dilupakan begitu saja.
Pengadilan disusun sedemikian rupa, sehingga memuaskan rasa keadilan bagi anak negeri. Untuk memutuskan perkara diturut aturan hukum adat seperti yang dilazimkan dalam suatu daerah, dengan mengindahkan bukti undang-undang tulisan dan menurut putusan pengadilan. Hakim mendapat kedudukan yang tinggi yang langsung di bawah Sang Perabu dan keluarganya.
Gajah Mada juga merangkap pangkat raja jaksa. Dialah yang mengawasi pelaksanaan Undang-undang raja, sedangkan sebaggai astapada, maka Gajah Mada harus menyusun suatu rencana lengkap dalam soal-soal sengketa yang penting-penting. Jadi Patih Mangkubumi Majapahit tidaklah saja menjalankan aturan undang-undang negara, tetapi juga menjaga supaya aturan itu berjalan dengan baik dan menurut segala pelanggaran. Gajah Mada mempunyai pengalaman dalam urusan negara. Dia mendapat pengaruh tidaklah oleh karena turunan darah, melainkan oleh keberanian hati, naik dari tempat yang paling bawah sampai ke puncak kekuasaan. Dari tingkat anak buah sebagai bocah desa, dia menjadi orang suruhan dan prajurit Bayangkari, kemudian menjadi bekel, yang sama pangkatnya dengan lurah desa. Atas jasanya, maka dia menjadi patih daerah dan setelah 11 tahun lamanya lalu dipilih menjadi patih Majapahit (1331). Sesudah itu dia menjadi ahli politik yang ulung, dan memimpin urusan negara berpuluh-puluh tahun lamanya. Inilah orang Indonesia yang berasal dari desa sampai kepada pusat pemerintahan bagian atas. Sebagai seorang rakyat, dia menjalankan kerakyatan untuk kepentingan negara yang digerakkan sampai memasuki segala cabang pemerintah dan isi keraton; dia melindungi seluruh kepulauan Nusantara yang berjiwa satu dalam kepalan tangan yang kuat perkasa dan maha tangkas.  

Yamin, Muhammad.1997. Gajah Mada. Jakarta: Balai Pustaka

Minggu, 04 November 2012

SEJARAH RUSIA KUNO

Latar Belakang Sejarah
Sejarah Rusia diawali dengan perpindahan bangsa-bangsa Skandinavia yang dikenal sebagai bangsa Varangia yang dipimpin oleh tokoh semilegendaris Rurik yang menyeberangi Laut Baltik serta pada tahun 862 M memasuki kota Novgrood dan memerintah di sana. Pada tahun 882 ia menguasai Kiev, kota Slavia yang berkembang menjadi pusat perdagangan antara Skandinavia dan Konstantinopel. Pada tahun 989 Vladimir I meluaskan wilayahnya hingga Kaukasus dan Ortodoks” . Kerajaan Kiev Rusia berakhir setelah serangan Mongol pada tahun 1237 oleh Batu Khan cucu Gengghis Khan.
Selanjutnya bangsa Mongol dikalahkan oleh Dimitri Donskoy pada tahun 1380 dengan kemenangan di Kulikovo. Kemudian daerah-daerah yang tercerai berai disatukan kembali oleh Ivan IV; ia menaklukan Kazan (1552), Astrakhan (1516) serta menguasai Siberia. Pemerintahan dilanjutkan oleh penerusnya sampai bangsa Romanov naik tahta yang diawali dengan diangkatnya Michael Romanov sebagai Tsar (1613). Dinasti Romanov berkuasa selama 304 tahun hingga tahun 1917 dengan Tsar Nikolai II sebagai tsar terakhir. Pada bulan Februari 1917 dibentuk Pemerintahan sementara, di bawah pemerintahan Pangeran  Lyvov dan Stalin”  yang mewujudkan Unisoviet dengan bergabungnya negara-negara di sekitar Rusia. Pemerintahan Uni Soviet berakhir setelah pada tanggal 25 Desember 1991. Presiden Kremlin.
Pemerintahan Rusiasetelah keruntuhan Boris Yetslin yang mulai menjabat sejak tahun 1991. Perkembangan selanjutnya, Rusia diperintah oleh Unisoviet.

Periodesasi Sejarah Rusia
Beberapa ahli berpendapat bahwa pembagian sejarah Rusia lebih tepat disesuaikan dengan zaman-zaman pada waktu berbagai kota menjadi ibukota Negara Rusia. Dengan demikian periodesasi pemerintahan rusia terbagi menjadi:
  1. Negara Rusia pertama, Didirikan oleh Rurik pada akhir abad IX di sekitar Kiev. Pada tahun 1237 kerajaan ini dikuasai oleh bangsa mongol.
  2. Negara Rusia kedua, Berpusat di Moskow. Negara ini didirikan setelah dinasti Rurik di Moscow, berhasil mengusir bangsa mongol dan ahli waris di Bizantium.
  3. Negara Rusia ketiga, Berpusat di St. Petersburg yang berlangsung dari tahun 1703-1918, yaitu ketika Lenin menjadikan Moskow menjadi ibukota Rusia kembali. Pemerintah Rusia di St. Petersburg ini didirikan oleh Peter Agung dengan memindahkan ibukota Rusia beserta kremlinnya dari Moskow.
  4. Negara Rusia yang keempat, Berlangsung hingga sekarang, berpusat di Moskow.
Apabila ditinjau dari sudut bentuk pemerintahannya, maka periodisasi sejarah Rusia dapat dibagi menjadi tiga periode yaitu:
Ø Masa Tsar atau Kekaisaran

Masa kerajaan dimulai sejak berdirinya kerajaan oleh Rurik yang berasal dari bangsa-bangsa Skandinavia yang dikenal sebagai bangsa Varangia yang berhasil menyeberangi Laut Baltik. Kemudian pada tahun 862 M memasuki kota Novgorod dan memerintah di sana. Pada tahun 882 ia menguasai Kiev, kota Slavia yang berkembang menjadi pusat perdagangan antara Skandinavia dan Konstantinopel. Kerajaan Kiev Rusia berakhir setelah serangan Mongol pada tahun 1237 oleh Batu Khan cucu Genghis Khan.Selanjutnya bangsa Mongol dikalahkan oleh Dimitri Donskoy pada tahun 1380 dengan kemenangan di Kulikovo. Kemudian daerah-daerah yang tercerai berai disatukan kembali oleh Ivan IV; ia menaklukan Kazan (1552), Astrakhan (1516) serta menguasai Siberia. Pemerintahan dilanjutkan oleh penerusnya sampai dinasti Romanov (1613). Dinasti Romanov berkuasa selama 304 tahun hingga tahun 1917 dengan Tsar Nikolai II sebagai tsar terakhir.

Ø Masa Uni Soviet

Masa Uni Soviet (komunis) dimulai sejak terjadinya Revolusi Oktober 1917 oleh gerakan kaum buruh pimpinan Trotsky dan Lenin yang berhasil menggulingkan kekuasaan Tsar Nicolas II. Sedangkan pendirian Negara Uni Soviet sendiri sebenarnya terwujud pada tahun 1922, yaitu ketika Stalin berkuasa. Pemerintahan ini berakhir tahun 1991, yaitu dengan bubarnya pemerintahan komunis.

Ø Masa Kepresidenan Rusia(republik).


Berakhirnya pemerintahan Uni Soviet ditandai dengan pengunduran diri Presiden Mikhail Gorbachev pada tanggal 25 Desember 1991 dan berkibarnya bendera tiga warna Rusia di Kremlin. Bentuk pemerintahan berikutnya adalah Republik dengan presidennya berturut-turut yaitu Boris Yeltsin (1991-2000), Vladimir Putin (2000-2008), Dmitry Medvedev (2008 ).
MONUMEN SRIKANDI PUTRI LOPIAN DAN PRASASTI PERANG DUNIA II

Ada dua monumen bersejarah di temukan di kota Porsea. Satu mengisahkan pejuangan Sisingamangaraja dan satu lagi peristiwa perang dunia ke II di Porsea.


Kalimat dalam Prasasti Monumen Srikandi Lopian :
Seorang gadis belia yang ikut berjuang dan berkorban melawan penjajah Belanda, gugur dalam pertempuran tanggal 17 Juni 1907 di Aek Sibulbulon Pearaja Dairi, di adalah Putri Lopian.
Ayahandanya Raja Sisingamangaraja XII, saudaranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi gugur bersama pejuang lainnya dalam pertempuran tersebut.
Lopian adalah anak ke-3 yang dilahirkan oleh ibunda Boru Sahala, lahir di Pearaja Dairi desa Sionomhudon yaitu ibukota perjuangan Raja Sisingamangaraja XII setelah Bakkara dan Lintong. Disinilah Lopian tumbuh menjadi dewasa dan tumbuh berjiwa pejuang karena sehari-hari bergaul dengan pejuang termasuk Teuku Nyak Bantal dan Teuku Muhammad Ben, para panglima dari Aceh.
Pada awal tahun 1907 pasukan Belanda mulai mendekati Pearaja Dairi karena Raja Sisingamangaraja XII bertekad mempertahankan Pearaja Dairi maka seluruh keluarga kaum wanita dan anak-anak harus menyingkir dari daerah itu, tetapi Lopian yang pada waktu itu anak gadis berusia 17 tahun tidak mau ikut menyingkir karena ia berkeras hati tetap harus ikut berperang melawan penjajah Belanda.
Dalam pertempuran tanggal 17 Juni 1907 di Aek Sibulbulon Pearaja Dairi seluruh pejuang yang berpantang menyerah itu gugur karena jumlah dan persenjataan yang tidak sebanding dengan pasukan Belanda.
Oleh pasukan Belanda, jenazah Raja Sisingamangaraja XII, jenazah putranya Raja Patuan nagari dan Raja Patuan Anggi dibawa melalui Tele ke Balige dan kemudian dikuburkan di Tarutung. Sedang jenazah Lopian Boru Sinambela ditinggalkan dengan ditimbun dalam jurang bersama panglima dari Aceh.
Dan tinggallah Lopian di hutan Pearaja Dairi.

PRASASTI PERANG DUNIA II
PADA TANGGAL 9 – 10 MARET 1942 SEMASA PERANG DUNIA KEDUA, DITEMPAT INI … TERJADI PERTEMPURAN SENGIT UNTUK PEREBUTAN JEMBATAN ASAHAN.
SEMBILAN SERDADU KETURUNAN BELANDA DAN BEBERAPA ANGGOTA PASUKAN JEPANG TERBUNUH DAN SUNGAI ASAHAN MENJADI TEMPAT KUBURANNYA
MASING-MASING MEMPERTAHANKAN KEMAUANNYA.
PERANG HANYA MEMBAWA KEHANCURAN BAGI MANUSIA
SEMOGA PERANG TIDAK TERULANG LAGI
PERSAUDARAAN ANTAR BANGSA-BANGSA
BERDASARKAN PANCASILA
MENJAMIN PERDAMAIAN ABADI
Prasasti ini dibangun oleh Dinas Pariwisata Propinsi Daerah TK I SU
Diresmikan tanggal 16 November 1997
Peristiwa Perang Porsea
Pada bulan Pebruari 1942, sebanyak satu kompi (± 200 orang) pasukan Belanda telah bermarkas di gedung Sekolah Dasar (Vervolg School) Porsea, yang terletak di desa Parparean sebelah selatan kota Porsea. Pada tiang-tiang jembatan diikatkan dinamit-dinamit berukuran besar dan dihubungkan dengan kawat listrik ke suatu pusat di gedung sekolah dasar tersebut, dengan maksud agar setiap saat, jembatan tersebut dapat diledakkan melalui alat pemicu ledak.
Pada akhir bulan Pebruari 1942, tentara Jepang telah menduduki kota Medan dan pada Minggu pertama bulan maret, mereka telah sampai di Parapat. Pada waktu yang sama, tentara Belanda terus mundur melalui jembatan Porsea kea rah Selatan, pada waktu itu, setiap hari siang dan malam, rakyat Porsea menyaksikan patroli pasukan Belanda dari Porsea kearah Barat yaitu Ulubius, Lumban Manurung hingga Janjimatogu.
Pada tanggal 09 Maret 1942 sore hari antara jam 18.00 dan 19.00, rakyat janjimatogu melihat dua buah kapal yang mirip kapal karet mengapung di danau Toba,bergerak kea rah sungai Asahan. Sekitar jan 20.00, rakyat desa Lumban manurung melihat pasukan Jepang mendarat dan keluar dari kapal karet. Beberapa orang tentara Jepang berenang pada malam itu sampai dibawah jembatan dan memotong seluruh kawat-kawat penghubung dinamit. Semua itu berlangsung sebelum terdengar tembakan.
Sekitar jam 21.00 seorang patroli Belanda bersepeda motor dari arah utara tiba di Porsea dan berhenti di hadapan jembatan. Patroli ini memberi isyarat dengan lampu sepeda motornya kepada tentara Belanda di seberang jembatan dan ketika itu dia tertembak dengan letusan pertama pada malam itu. Letusan itu menjadi isyarat bagi pecahnya perang tembak menembak antara tentara Belanda dan tentara Jepang di sekitar jembatan Porsea.
(Dikutip dari penuturan Prof. Dr Midian Sirait dan Prof. Dr Firman Manurung)


H0rassssssss!!!!

Candi Songgroti di Batu Malang

 Candi Supo atau yang lebih sering disebut Candi Songgoriti terletak berdekatan dengan Taman Rekreasi Tirta Nirwana, Songgoriti. Lebih tepatnya berada di dalam kompleks Pemandian Air Panas Alami (PAPA) dan Hotel Songgoriti. Namun keberadaan candi ini tidak banyak diketahui oleh para wisatawan dari luar Kota Batu sebab daya tarik utama di area ini adalah Taman Rekreasi Songgoriti dan bukan Candi Songgoriti.
Candi ini ditemukan kali pertama oleh seorang arkeolog Belanda bernama Van I Isseldijk tahun 1799 M, kemudian pelaksanaan renovasinya dilakukan oleh arkeolog Belanda lainnya yaitu Rigg tahun 1849 M dan Brumund pada tahun 1863 M. Tahun 1902 M, Knebel melakukan inventarisasi situs Candi Songgoriti dan dilanjutkan dengan renovasi besar-besaran tahun 1921 M. Renovasi terakhir dilaksanakan pada tahun 1938.
Candi Supo adalah satu-satunya peninggalan Mpu Sindok di Kota Batu. Beliau adalah raja pertama kerajaan Medang periode Jawa Timur yang memerintah sekitar tahun 929-947. Menurut sejarahnya; kisah Candi Songgoriti ini berawal dari keinginan Mpu Sindok yang ingin membangun tempat peristirahatan bagi keluarga kerajaan di pegunungan yang didekatnya terdapat mata air. Seorang petinggi kerajaan bernama Mpu Supo diperintah Mpu Sindok untuk membangun tempat tersebut. Dengan upaya yang keras, akhirnya Mpu Supo menemukan suatu kawasan yang sekarang lebih dikenal sebagai kawasan Wisata Songgoriti. Atas persetujuan Raja, Mpu Supo mulai membangun kawasan Songgoriti sebagai tempat peristirahatan keluarga kerajaan berikut sebuah candi yang diberi nama Candi Supo. Di tempat peristirahatan tersebut terdapat sumber mata air yang mengalir dingin dan sejuk seperti semua mata air di wilayah pegunungan. Mata air dingin tersebut sering digunakan mencuci keris-keris bertuah sebagai benda pusaka dari kerajaan Sindok. Oleh karena sumber mata air ini sering digunakan untuk mencuci benda-benda kerajaan yang bertuah dan mempunyai kekuatan supranatural (magic) yang maha dahsyat, akhirnya sumber mata air yang semula terasa dingin dan sejuk berubah menjadi sumber air panas. Sumber air panas itupun sampai saat ini menjadi sumber abadi di kawasan Wisata Songgoriti.
Candi Songgoriti terbuat dari batu andesit dan pondasinya dari batu bata. Ukuran candi ini 14,50 meter x 10 meter dengan tinggi 2,5 meter, dibangun di atas sumber mata air panas. Hampir seluruh wujud asli dari candi ini sudah hancur. Hiasan patung-patung yang menghiasi badan candi pun sudah banyak yang tidak berbentuk sehingga sulit untuk diidentifikasi. Namun meski dalam kondisi seperti itu, bagaimanapun juga keberadaan candi tersebut sangatlah berarti sebagai bukti tuanya usia peradaban di Kota Batu.




 Mitos Air Pasang Giri
 
Candi Songgoriti juga menyimpan sebuah keunikan yang mungkin tidak ditemukan di candi-candi lainnya yakni, sumber mata air dingin yang disebut air Pasang Giri. Sumber mata air dingin ini menyembul di tengah-tengah sumber mata air panas dengan ukuran kolam hanya 75 cm x 75 cm. Sangat sulit untuk dipahami bahwa bangunan candi yang dikelilingi sumber mata air panas, di tengah-tengahnya menyembul sumber mata air dingin. Letak mata air dingin persis di tengah-tengah bangunan candi bagian belakang. Namun tak banyak wisatawan yang mengetahui keunikan tersebut.



Makam Mpu Supo
Tak jauh dari bangunan Candi Songgoriti atau tepatnya sekitar 100 meter seberang jalan kanan Hotel Songgoriti, berdiri bangunan rumah berornamen lawas dengan cat putih kombinasi kuning biru. Tak banyak juga wisatawan tahu, kalau di dalam bangunan rumah yang dibangun tahun 1962 itu, bersemayam ‘arwah’ moksa Mpu Supo atau juga dikenal sebagai Mbah Pathok. Sampai sekarang rumah ini dikenal sebagai Pesarean Mbah Pathok atau Mpu Supo.

Sejarah Berdiri Negara Indonesia 

Republik Indonesia ialah sebuah negara kepulauan yang disebut sebagai Nusantara (Kepulauan Antara) yang terletak di antara tanah besar Asia Tenggara dan Australia dan antara Lautan Hindi dan Lautan Pasifik. Indonesia bersempadankan Malaysia di Kalimantan,Papua New Guinea di pulau Papua, dan Timor Timur/Timor Leste di pulau Timor.

Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman prasejarah oleh “Manusia Jawa” pada masa sekitar 500.000 tahun yang lalu. Periode dalam sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: era pra kolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di Jawa dan Sumatera yang terutama mengandalkan perdagangan; era kolonial, masuknya orang-orang Eropa (terutama Belanda) yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20; era kemerdekaan, pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno (1966); era Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–1998); serta era reformasi yang berlangsung sampai sekarang. 

Prasejarah

Secara geologi, wilayah Indonesia modern muncul kira-kira sekitar masa Pleistocene ketika masih terhubung dengan Asia Daratan. Pemukim pertama wilayah tersebut yang diketahui adalah manusia Jawa pada masa sekitar 500.000 tahun lalu. Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es.

Era pra kolonial


Para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa di pulau Jawa dan Sumatra sekitar 200 SM. Kerajaan Tarumanagara menguasai Jawa Barat sekitar tahun 400. Pada tahun 425 agama Buddha telah mencapai wilayah tersebut. Pada masa Renaisans Eropa, Jawa dan Sumatra telah mempunyai warisan peradaban berusia ribuan tahun dan sepanjang dua kerajaan besar yaitu Majapahit di Jawa dan Sriwijaya di Sumatra sedangkan pulau Jawa bagian barat mewarisi peradaban dari kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda.

Kerajaan Hindu-Buddha


Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu-Budha yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I Ching mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.

Kerajaan Islam

Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun sebenarnya Islam sudah sudah masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani umayyah di Asia Barat sejak abad 7. Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera. Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz dari Khilafah Bani Umayah meminta dikirimkan da`i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya.

 Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan.Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.”

 Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama Sribuza Islam. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganut Budha.
Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1 Muharram 225H atau 12 November tahun 839M. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440. Rajanya seorang Muslim bernama Bayang Ullah.

Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatra. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.

Penyebaran Islam dilakukan/didorong melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan islam yg datang dari luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan/kesultanan lah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kesultanan/Kerajaan penting termasuk Samudra Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram di Yogja / Jawa Tengah, dan Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku di timur.

Kolonisasi Belanda


Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975 ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur. Belanda menguasai Indonesia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah Perang Jawa Britania-Belanda dan masa penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II. Sewaktu menjajah Indonesia, Belanda mengembangkan Hindia-Belanda menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah mitos belaka karena wilayah Aceh baru ditaklukkan kemudian setelah Belanda mendekati kebangkrutannya.

VOC

Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.

Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala. VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.

Setelah VOC jatuh bangkrut pada akhir abad ke-18 dan setelah kekuasaan Britania yang pendek di bawah Thomas Stamford Raffles, pemerintah Belanda mengambil alih kepemilikan VOC pada tahun 1816. Sebuah pemberontakan di Jawa berhasil ditumpas dalam Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830. Setelah tahun 1830 sistem tanam paksa yang dikenal sebagai cultuurstelsel dalam bahasa Belanda mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti teh, kopi dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara. Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para pelaksananya – baik yang Belanda maupun yang Indonesia. Sistem tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah 1870.

Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut Kebijakan Beretika (bahasa Belanda: Ethische Politiek), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang pribumi, dan sedikit perubahan politik. Di bawah gubernur-jendral J.B. van Heutsz pemerintah Hindia-Belanda memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Belanda, dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.

Gerakan nasionalisme
Pada 1905 gerakan nasionalis yang pertama, [Serikat Dagang Islam] dibentuk dan kemudian diikuti pada tahun 1908 oleh gerakan nasionalis berikutnya, [Budi Utomo]. Belanda merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I dengan langkah-langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari kelompok kecil yang terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah dididik di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis, termasuk Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno.

Perang Dunia II

Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke AS dan Britania. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.

Era Jepang

Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.

Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan Mei, Soepomo membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan; sementara itu Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara baru tersebut juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah, Malaya, Portugis Timur, dan seluruh wilayah Hindia-Belanda sebelum perang.
Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Widjodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.

Era kemerdekaan

Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada 16 Agustus, Soekarno membacakan “Proklamasi” pada hari berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer Indonesia pada masa perang, Pasukan Pembela Tanah Air (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat mempertahankan kediaman Soekarno.

Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan Nusa Tenggara.

Perang kemerdekaan

Dari 1945 hingga 1949, persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial.

Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali ibukota kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibukota mereka. Pada 27 Desember 1949 (lihat artikel tentang 27 Desember 1949), setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari Belanda memindahkan kedaulatan kepada pemerintah Federal Indonesia. Pada 1950, Indonesia menjadi anggota ke-60 PBB.

Demokrasi parlementer

Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang terdiri dari sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada parlemen atau MPR. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun 1955, sehingga koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai.
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih negara sekuler yang berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok Muslim lebih menginginkan negara Islam atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk kepada hukum Islam.

Demokrasi Terpimpin

Pemberontakan yang gagal di Sumatera, Sulawesi, Jawa Barat dan pulau-pulau lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno secara unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.

Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah label “Demokrasi Terpimpin”. Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju non-blok, kebijakan yang didukung para pemimpin penting negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok Barat maupun Blok Uni Soviet. Para pemimpin tersebut berkumpul di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk mendirikan fondasi yang kelak menjadi Gerakan Non-Blok.
Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Soekarno bergerak lebih dekat kepada negara-negara komunis Asia dan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) di dalam negeri. Meski PKI merupakan partai komunis terbesar di dunia di luar Uni Soviet dan China, dukungan massanya tak pernah menunjukkan penurutan ideologis kepada partai komunis seperti di negara-negara lainnya.

Konfrontasi Indonesia-Malaysia

Soekarno menentang pembentukan Federasi Malaysia dan menyebut bahwa hal tersebut adalah sebuah “rencana neo-kolonial” untuk mempermudah rencana komersial Inggris di wilayah tersebut. Selain itu dengan pembentukan Federasi Malaysia, hal ini dianggap akan memperluas pengaruh imperialisme negara-negara Barat di kawasan Asia dan memberikan celah kepada negara Inggris dan Australia untuk mempengaruhi perpolitikan regional Asia. Menanggapi keputusan PBB untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan menjadikan Malaysia anggota tidak tetab Dewan Keamanan PBB, presiden Soekarno mengumumkan pengunduran diri negara Indonesia dari keanggotaan PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mendirikan Konferensi Kekuatan Baru (CONEFO) sebagai tandingan PBB dan GANEFO sebagai tandingan Olimpiade. Pada tahun itu juga konfrontasi ini kemudian mengakibatkan pertempuran antara pasukan Indonesia dan Malaysia (yang dibantu oleh Inggris).

Nasib Irian Barat Konflik Papua Barat

Pada saat kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan kekuasaan terhadap belahan barat pulau Nugini (Irian), dan mengizinkan langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian kemerdekaan pada 1 Desember 1961.

Negosiasi dengan Belanda mengenai penggabungan wilayah tersebut dengan Indonesia gagal, dan pasukan penerjun payung Indonesia mendarat di Irian pada 18 Desember sebelum kemudian terjadi pertempuran antara pasukan Indonesia dan Belanda pada 1961 dan 1962. Pada 1962 Amerika Serikat menekan Belanda agar setuju melakukan perbincangan rahasia dengan Indonesia yang menghasilkan Perjanjian New York pada Agustus 1962, dan Indonesia mengambil alih kekuasaan terhadapa Irian Jaya pada 1 Mei 1963.

Gerakan 30 September / G30 S PKI

Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk memperkuat dukungan untuk rezimnya dan, dengan persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk “Angkatan Kelima” dengan mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi militer menentang hal ini.

Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto, menumpas kudeta tersebut dan berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan. Lebih dari puluhan ribu orang-orang yang dituduh komunis kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa pada 1966 mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi di Jawa dan Bali.

Era Orde Baru

Setelah Soeharto menjadi Presiden, salah satu pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia “bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB”, dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.

Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Presiden Soeharto memulai “Orde Baru” dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an. Dia juga memperkaya dirinya, keluarganya, dan rekan-rekat dekat melalui korupsi yang merajalela.

Irian Jaya

Setelah menolak supervisi dari PBB, pemerintah Indonesia melaksanakan “Act of Free Choice” (Aksi Pilihan Bebas) di Irian Jaya pada 1969 di mana 1.025 wakil kepala-kepala daerah Irian dipilih dan kemudian diberikan latihan dalam bahasa Indonesia. Mereka secara konsensus akhirnya memilih bergabung dengan Indonesia. Sebuah resolusi Sidang Umum PBB kemudian memastikan perpindahan kekuasaan kepada Indonesia. Penolakan terhadap pemerintahan Indonesia menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya berskala kecil pada tahun-tahun berikutnya setelah perpindahan kekuasaan tersebut. Dalam atmosfer yang lebih terbuka setelah 1998, pernyataan-pernyataan yang lebih eksplisit yang menginginkan kemerdekaan dari Indonesia telah muncul.

Timor Timur

Dari 1596 hingga 1975, Timor Timur adalah sebuah jajahan Portugis di pulau Timor yang dikenal sebagai Timor Portugis dan dipisahkan dari pesisir utara Australia oleh Laut Timor. Akibat kejadian politis di Portugal, pejabat Portugal secara mendadak mundur dari Timor Timur pada 1975. Dalam pemilu lokal pada tahun 1975, Fretilin, sebuah partai yang dipimpin sebagian oleh orang-orang yang membawa paham Marxisme, dan UDT, menjadi partai-partai terbesar, setelah sebelumnya membentuk aliansi untuk mengkampanyekan kemerdekaan dari Portugal.

Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia masuk ke Timor Timur. Indonesia, yang mempunyai dukungan material dan diplomatik, dibantu peralatan persenjataan yang disediakan Amerika Serikat dan Australia, berharap dengan memiliki Timor Timur mereka akan memperoleh tambahan cadangan minyak dan gas alam, serta lokasi yang strategis.
Pada masa-masa awal, pihak militer Indonesia (ABRI) membunuh hampir 200.000 warga Timor Timur — melalui pembunuhan, pemaksaan kelaparan dan lain-lain. Banyak pelanggaran HAM yang terjadi saat Timor Timur berada dalam wilayah Indonesia.

Pada 30 Agustus 1999, rakyat Timor Timur memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia dalam sebuah pemungutan suara yang diadakan PBB. Sekitar 99% penduduk yang berhak memilih turut serta; 3/4-nya memilih untuk merdeka. Segera setelah hasilnya diumumkan, dikabarkan bahwa pihak militer Indonesia melanjutkan pengrusakan di Timor Timur, seperti merusak infrastruktur di daerah tersebut.
Pada Oktober 1999, MPR membatalkan dekrit 1976 yang menintegrasikan Timor Timur ke wilayah Indonesia, dan Otorita Transisi PBB (UNTAET) mengambil alih tanggung jawab untuk memerintah Timor Timur sehingga kemerdekaan penuh dicapai pada Mei 2002.

Krisis ekonomi

Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya didampingi B.J. Habibie.
Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia (untuk lebih jelas lihat: Krisis finansial Asia), disertai kemarau terburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh. Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, serta ribuan mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden, B. J. Habibie, untuk menjadi presiden ketiga Indonesia.

Era reformasi Pemerintahan Habibie


Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.

Pemerintahan Wahid

Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI Perjuangan pimpinan putri Soekarno, Megawati Sukarnoputri keluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara; Golkar (partai Soeharto – sebelumnya selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan Pembangunan pimpinan Hamzah Haz 12%; Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 10%. Pada Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.

Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid, menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.

Pemerintahan Megawati

Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian.

Pemerintahan Yudhoyono

Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan dan Susilo Bambang Yudhoyono tampil sebagai presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang Sumatra.

Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh.