Turun
naiknya Negara Majapahit sejak dari lahir sampai runtuhnya dengan Gajah Mada di
puncak kebesaran
(1292-1365)
Kebesaran
Gajah Mada dapat dilihat dari perbuatan yang dilakukan dengan segala
kebijaksanaan dan dengan melihat hasil usahanya. Sejarah Gajah Mada adalah
sejarah seluruh riwayat negara Majapahit. Jikalau hendak meninjau
kebesarannya,dimulai dengan mempelajari bagaimana negara itu terbentuk pada
mulanya, dan bagaimana negara itu sesudah menjadi besar dalam tangannya
lalu turun menghadapi keruntuhan.
Sejarah
Majapahit dimulai pada tahun 1293, yaitu hampir dua tahun sesudah runtuhnya
Kerajaan Singasari. Kerajaan ini adalah ibu negara Indonesia. Setelah 70 tahun
lamanya berdiri (1222-1292), maka kerajaan Singasari yang pusatnya terletak
disekeliling kota Malang sekarang ini lalu runtuh oleh serangan hebat dari
pihak Kediri. Maka turunan raja pertama Rajasa (Ken-Arok , 1222-1227) sampai
pada raja yang paling akhir (Kertanegara,1268-1292) habislah. Setelah dua tahun
tanah Indonesia mengalami jaman Pancaroba (1292-1293) maka berhasillah seorang
turunan raja membentuk negara baru, berkat bantuan beberapa pemimpin yang
menumpukkan segala tenaga rakyat untuk menghilangkan malapetaka yang membahayai
susunan tanah Indonesia.
Kerajaan
Majapahit besar artinya dan pengaruhnya di tanah Indonesia. Pada suatu batu
bersurat di desa Butak, “bahwa pada suatu hari raja Kertanegara diserang paduka
Jayakatuang dari negari Gelang-gelang (Daha), maksudnya hendak merebahkan
Kertanegara hingga singgasananya di negeri Tumapel. Setelah diketahui musuh
datang, lalu dikirimlah Wijaya dan Ardaraja yang akan menggantikan Kertanegara
pergi melawan, keduanya adalah menantu Kertanegara, tetapi Ardaraja adalah
putra Jayakatuang. Di kampung
Kedung-Peluk kedua belah phak bertemu dan lalu berperang. Karena lawan kalah
dan lari, lalu turut ke kampung Lembah Batang dan Kepulungan. Dimana-mana lawan
tewas, tetapi di kampung Rabut Carat tiba-tiba datang lawan dari sebelah barat.
Rupa-rupanya waktu itu seperti tiada lagi musuh, tetapi sekonyong-konyong
kelihatan disebelah timur Hanyiru beberapa panji-panji musuh berwarna merah
putih berkibar dan waktu itu Ardaraja cedera dan lari Kepulungan. Bala tentara
menantu Kertanegara lalu kalah walaupun demikian dia tinggal setia. Setelah
berapa lamanya bala tentaranya makin
berkurang-kurang, karena banyak yang lari dan dibunuh. Dimana-mana datang
lawan, baik di Kulawan ataupun di Kembang sari,
sehingga akhirnya hanya 12 orang yang tinggal lagi. Letih payah
sampailah wijaya ke negeri Kudadu, tempat ia ditolong oleh kepala kampung yan
memerintah disana.Oleh sebab itu, kepala kampung Kudadu ini di beri hadiah oleh raja. Adapun
negeri-negeri yang tersebut di atas ini sudah banyak yang diketahui orang ,
semua letaknya di Pulau Jawa sebelah timur.
Lagi
pula waktu itu diketahui orang, bahwa Wijaya dikejar musuh dari Kediri dan
ditolong oleh kepala kampung Kudadu; sekarang lalu ia berlayar di pulau Madura.
Disini waktu itu memerintah Wirajaya angkatan Kertanegara, dan anaknya menjadi
pegawai bekerja pada Wijaya sebab itu tentu Wijaya diterima dengan sepatutnya
dan dengan Wirajaya dibuat perjanjian akan membagi pulau Jawa menjadi dua
bagian, masing-masing dapat sebagian. Wijaya mesti pergi ke Kediri tempat
Jayakatuang bersemayam. Disana patutlah menundukkan diri dan kalau sudah
menjadi kesayangan di dalam istana, patutlah ia meminta tanah terik, tempat
orang Madura berumah tangga. Kesanalah Wijaya nanti akan pergi dengan izin raja
Kediri, tetapi duduk disana itu semata-mata hendak mengumpulkan segala
rakyat dari Tumapel dan dari Kediri yang
suka memberontak.
Segala
yang direka-reka itu berlaku atas kecerdikan Wijaya. Wijaya lalu pergi ke desa
terik bercampur gaul dengan orang Madura. Tanahnya di sana tiada subur,
sehingga sukar benar mencari mata penghidupan.Pada suatu ketika karena makan
yang tidak cukup adalah seorang hendak memakan buah pohon Maja, yang daunnya
berduri tetapi dibuangnya karena rasanya yang pahit dan sejak itu dinamainya
Majapahit, demikianlah dalam kitab Pararathon.
Pada suatu hari utusan tanah Cina
mendapat penghinaan yang bessar sekali
karena mukanya dilukai oleh Raja Kertanegara. Oleh sebab itu datanglah
bala tentara raja Cina yang bernama Kubilai Kan hendak membalaskannya. Pada
tahun 1293 tibalah orang Cina di pulau Jawa, dan pada waktu itu negeri
Majapahit sudah didirikan oleh Wijaya, namun raja Kertanegara sebagai target
pembalasan sudah meninggal pada 1292.
Adapun penyerangan tentara Kubilai
Kan dikepalai oleh tiga jenderal yaitu, Che-pi, Ji-ko-mi-su dan Kau Sing (1292)
masing-masing memikul pekerjaan, maksudnya ingin membalaskan penghinaan utusan
Meng-ki dan hendak mengaahkan raja Kertanegara. Tiga orang hulu balang besar
dikirimkan dari Tuban ke Sinngasari supaya berbicara dengan raja Kertanegara
seberapa perlunya, tetapi di Majapahit bertemu dengan Wijaya. Orang Tiongkok
kena muslihat, sehingga mereka tiada jadi menyerang mertua Wijaya di
Singgasari, melainkan dihadapkan kepada raja Kediri, karena Jayakatuang datang
menyerang negeri Majapahit. Atas pertolongan orang Cina lalu negeri yang
didirikan Wijaya tidak menjadi rusak; setelah itu bala tentara Tiongkok terus
ke darat kerajaan Daha-Kediri. Sungguhpun Jayakatuang menyediakan berpuluh ribu
serdadu, tetapi ia kalah juga; ia boleh tinggal dalam keratin. Ananda bernama
Si-la-pa-ti-si-la-tan-pu-ha lari ke gunung tetapi Kau Hsing datang mengejarnya,
sehingga dapat ditangkap dan dibawa kembali ke Daha.
Waktu itu Wijaya sudah pulang ke
Majapahit. Benar Kediri-Daha sudahlah jatuh. Di kita Pararathon dikatakan bahwa
orang Cina waktu itu banyak yang dibunuh oleh Wijaya dengan pertolongan orang
Daha dan Majapahit sendiri, sehingga sesudah perkelahian yang banyak seluk
beluknya ini, dialah yang mendapat kemenangan. Jayakatuang kemudian jatuh ke
tangan Wijaya di negeri Junggaluh(Ujung Galuh), dan setelah mengarang suatu
kitab bernama Kidung Wukir Polaman lalu meninggal dunia, barangkali terbunuh.
Semenjak itu, hilanglah kerajaan Daha- Kediri
dan sejarah kerajaan Majapahit mulailah: Wijaya jadi rajanya dan bergelar
Kertarajasa Jayawardana. Sepuluh hari sesudah orang Cina bertolak dari pulau
Sumatera membawa dua orang puteri. Seorang dari padanya Dara Petak , dan
digelari Indera Isywari sebagai permaisuri sang Perabu.
Sebelum itu Kertarajasa telah kawin
pula dengan dua orang ananda Kertanegara
yaitu yang sulung bernama Teribuana menjadi permaisuri, yang bungsu
bernama Gayateri dan menjadi Rajapatni. Teribuana tidak memiliki putra dan
karena anak Gayateri kedua-duanya perempuan, jadi putra Dara Petaklah yang akan
menggantikan ayahandanya. Putera itu mula-mulanya bernama demikian. Dalam tahun
1309 raja Kertarajasa mangkat dan baginya dibuat dua makam, yang pertama secara
agama Budha bertempat di Antapura dan kedua cara agama Syiwa bertempat di
Simping yaitu candi Sumberjati letaknya
di sebelah selatan negeri Belitar, dan disanalah tepat patung Kertarajasa dalam
tahun 1363 ditakbirkan. Patung tersebut berbentuk seperti Harihara dan memakai
rautan muka raja Jawa.
Raja Kertarajasa itu memiliki tiga
orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki. Yang paling sulung diangkat
menjadi Raja Puteri kahuripan (Jiwana), dan yang bungsu menjadi Raja Daha
(Kediri). Dan annda Dara Petak, putra putrid dari tanah Melayu menjadi raja di
Majapahit dengan nama Jayanegara. Walaupun kedua putrid tadi mendapat gelar
raja, tetapi raja yang di Majapahit
jualah yang tertinggi dan yang menyatukan kedua belah kerajaan tadi.
Selama Jayanegara memerintah keadaan
negeri tidak damai, karena semasa ayahnya masih hidup banyak orang yang suka
memberontak, tetapi acap kali tiada selesai karena ayahnya kuat. Lagi pula
banyak janji yang tidak dapat dipenuhi karena ayahnya meninggal. Sebab itulah
ketika Jayanegara baru saja menjadi raja banyak terjadi pemberontakan.
Di istana raja waktu itu bekerja
seorang pegawai bernama Nambi, dia anak Wirajaya kawan Kertarajasa dan
pangkatnya menjadi Mangkubumi. Sora seorang keluarga bapanda Jayanegara
memangku pangkat demung dan Tipar menjadi temenggung. Kemudian harinya Nambi
pulang mendapatkan bapanya Wiraraja tetapi dia tidak kembali lagi. Sebelum ia memberontak
kepada raja Majapahit, bapanya Wiraraja meninggal. Kemudian dia ditundukkan
dalam tahun 1316. Waktu itu tanah Lumajang dikalahkan dan benteng di Pajarakan
dirubuhkan.
Banyak lagi pemberontakan kecil yang
tidak disebutkan. Hanyalah pada suatu hari seseorang bernama Kuti berani
mengusir Jayanegara dari Majapahit sehingga raja terpaksa lari ke Badander
diiringkan oleh Gajah Mada (1319). Atas kecerdikannya, Jayanegara dapat jadi
raja kembali dan Gajah Mada lalu diangkat jadi patih tanah kahuripan (1321),
sesudah itu berkuasa di Daha dan dalam tahun 1331 dia dijadikan Mangkubumi di
Majapahit.
Tetapi sebelum tahun itu Jayanegara
telah dibunuh oleh seorang pegawai (1328), Tanca namanya , karena tertuduh
perkara percintaan. Menurut kitab Pararathon ia dikuburkan di negeri Kapopongan
(Serenggapura) di daerah Antawulan , tetapi letaknya sekarang belum diketahui
orang. Walaupun selama Jayanegara memerintah di dalam Kerajaan selalu
hiru-hara, atas tenaganya kerajaan Majapahit selalu tinggal bersatu, serta kuasanya
menjadi kuat dan perantaraannya ke tanah luaran teratur sekali.
Yang menggantikan Jayanegara ialah
saudara tirinya yang memerintah di negeri Kahuripan, Jayawisnuwardani
(1328-1334), yaitu atas perintah dan bantuan bunda Rajapatni. Walaupun dia pada
hakekatnya hanya ibu tiri, tetapi
banyaklah jasanya sebagai orang yang member nasihat. Adiknya yang memerintah di
negeri Daha dipanggil ke istana Majapahit, memangku pangkat yang tinggi dengan
nama Wijayadewi (RajaDewi Maharaja).
Adapun putri Jayawisnuwardani itu
kawin dengan Kertawardana dan beranak dua orang, yang seorang bernama Ayam
Wuruk beristerikan putri Isywari yang memerintah di Pajang. Dan seorang putri
Daha lagi kawin dengan Wijayarajasa dan beranak seorang putra Indudewi,
memerintah di Lasem.
Pada ketika itu dalam istana, Gajah
Mada yang besar kuasanya, tak heran jikalau ada yang tidak setuju kepadanya.
Tetapi dia masuk orang yang berani dan bijaksana, selalu berusaha, supaya kuasa
kerajaan Majapahit menyebar ke mana-mana. Bagaimana keadaan tanah Indonesia
waktu itu dapat dibaca dalam kitab Tao-i-che-lio karangan Wang Ta-Yuan (1349).
Tanah Jawa dikatakannya sangat banyak menghasilkan beras, lada, garam, burung
kakaktua lagi masyur perkara barang emas perak dan banyak berumah yang bagus-bagus.
Di semenanjung negeri yang termasyur ialah Terengganau, Pahang, Kelantan, dan
Tamralingga. Kerajaan Sriwijaya di pulau Sumatera terbagi dua. Pertama
Kieukiang(Pelembang) tempat orang diam di atas rakit dan di sana banyak candi
terbuat dari tanah bata. Tanahnya subur, hawanya panas.Melayu-Minangkabau
menghasilkan bunga ijas, kapur barus,
kayu lak, pinang, barang kapuk, emas,perak dan ukir-ukiran.
Tahun 1334 Ayam Wuruk terlahir ke
dunia, sehingga ada seorang putra yang laki-laki yang akan memerintah
Majapahit. Ia mendapat gelar raja Jiwana(Kahuripan ) dan ditahbiskan sebagai Sri Rajasanagara.
Dalam tahun 1350 Rajapatni meninggal dunia dan Ayam Wuruk di angkat menjadi
raja. Sang perabu Ayam Wuruk meninggal pada 1389, yaitu seperempat abad sesudah
Gajah Mada meninggalkan kerajaan. Jadi
selama menjadi Majapahit selalu
mengalami keadaan yang naik-turun. Sesudah meniggalnya Gajah Mada dan
Ayam Wuruk, bunga persatuan negara lalu layu, sehingga pada ketika hancur gugur
jatuh ke tanah dengan meninggalkan ingatan aneka warna dan harum suganda yang
semerbak rasanya.
Yamin,
Muhammad.1997. Gajah Mada. Jakarta:
Balai Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar